Field Report Gelar Buku #CeritadiKampung Cluster Pesona Atlantis (Part 2 - Final)

".. menulis adalah bekerja untuk keabadian .." - Pramoedya Ananta Toer -

Atas permintaan beberapa pihak, kami lanjutkan tulisan mengenai kegiatan gelar buku di Cluster Pesona Atlantis ya.


Masih seputar anak-anak yang beruntung di negeri ini. Siapa mereka? Ya, mereka adalah anak-anak orang tua yang mampu menyekolahkan mereka ke sekolah swasta yang bonafide ataupun sekolah negeri yang favorit. Adapun ciri-ciri dari sekolah-sekolah ini adalah mensyaratkan nominal sumbangan uang gedung maupun uang SPP bulanan yang cukup tinggi, yang mana akan dikembalikan sekolah dalam bentuk sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar anak-anak tersebut di tempatnya masing-masing.

Hmm, tidak ada yang salah sih dengan konsep sekolah yang seperti itu. Tidak bisa dipungkiri, segala sesuatunya memang butuh uang. Namun, sebagai orang bijak kita perlu menyadari bahwa pendidikan yang baik itu adalah hak segala anak, baik yang orang tuanya mampu maupun yang kurang mampu. Kembali ke gerakan gelar buku TBM Citra Raya, untuk hal inilah kami ada di Perum Citra Raya, untuk menjembatani antara masyarakat menengah ke atas dan menengah ke bawah dalam dunia pendidikan. Perlu ada suatu tempat di mana buku-buku sekolah yang bonafide tadi bisa dibaca oleh anak-anak yang sedikit kurang beruntung karena tidak bisa bersekolah di sana. Dengan membaca buku-buku yang lebih berkualitas, harapannya anak-anak tadi juga mampu menyerap ilmu dan pengetahuan yang sama, sehingga dapat menghantarkan mereka menjadi anak-anak cerdas yang sama siapnya dalam menghadapi masa depan dunia.

Ada kebahagiaan tersendiri bagi kami ketika melihat anak-anak ini meluangkan waktunya untuk membaca buku. Beberapa anak tampak sudah terbiasa membaca buku secara mandiri, beberapa lagi masih perlu diarahkan maupun dibacakan buku cerita, dan sebagian yang lain hanya membolak-balik halaman buku untuk dilihat gambarnya. Bagi kami, bagaimanapun buku kami akan dimanfaatkan oleh si anak, kami bersikap terbuka. Berbeda dengan lembaga literasi yang lain, Kang Sonil Sekjen Forum TBM menginstruksikan bahwa buku-buku TBM adalah buku-buku yang siap dibuat lecek oleh si anak, siap halamannya terlipat dan dirobek karena dibaca si anak (tentunya tanpa disengaja ya..), dan siap dibawa pulang oleh si anak untuk dibaca di rumah. Poinnya adalah, buku-buku TBM ini bagaiamana supaya dapat bermanfaat untuk masyarakat dalam mempersiapkan masa depan si anak.


Kegiatan gelar buku ini berlangsung kurang lebih sampai dengan jam 10 pagi. Selama kurang lebih 3 jam menggelar buku di sini, kami mendapati anak-anak yang datang dengan berbagai latar belakang
a. Belum mandi, olahraga pagi dulu
b. Baru pulang dari karate, mampir baca buku dulu sebelum mandi
c. Baru mampir setelah selesai mandi, dengan komposisi bedak yang kurang merata di wajahnya - khas anak :)

Seperti yang kami sebutkan di artikel sebelumnya: kami percaya bahwa anak itu seumpama sebongkah batu. Apabila diasah dengan berbagai ilmu dan keterampilan, ia akan mampu menjadi batu mutiara. Akan tetapi apabila dibiarkan begitu saja, ia juga hanya akan tetap menjadi batu biasa.

Kami berusaha memfasilitasi masyarakat dengan buku dan beberapa gerakan literasi secara cuma-cuma, silakan dimanfaatkan.

Dan akhirnya, tantangan yang kami hadapi sebagai pegiat literasi adalah yang pertama konsistensi dari gerakan kami sendiri. TBM ini berawal dari kepedulian seorang relawan yang bercita-cita menjadi guru tetapi tidak kesampaian. Empat bulan kemudian kegiatan TBM ini mulai dikenal dan muncullah relawan-relawan literasi seperti tersaji dalam foto di atas. Pertanyaannya, apakah relawan-relawan ini tetap kekeuh memperjuangkan kecerdasan anak bangsa tanpa dibayar?

Tantangan yang kedua adalah soal gadget. Hmm, sebenarnya gerakan literasi buku ini juga mempunyai misi untuk memindahkan ketergantungan kita pada gadget #KidsZamanNow pada buku-buku bacaan. Kalau kakak literasinya saja asyik bermain HP, bagaimana kita mau mengajak adik-adik untuk membaca buku? Ini hanya sekedar refleksi, bukan untuk menegur ya Kak hehe.

Eeeh, tapi ternyata teguran tadi salah. Kakak yang jempolnya sedang asyik menari-nari di keypad HP tadi rupa-rupanya sedang membuat video dokumentasi kegiatan gelar buku #CeritadiKampung yang barusan dilakukan. Waaah, ternyata aktivitas yang sempat dikira bermain HP tadi adalah aktivitas positif untuk semakin menebarkan virus literasi melalui media digital berbentuk video ini. Terima kasih untuk relawan kami Kak Devi!

Akhirnya, selamat menikmati! Inilah kami, TBM Citra Raya dari Kelurahan Mekarbakti!

Comments