Nalagati merupakan salah satu daerah
yang bisa dikatakan paling sering dilibatkan dalam kegiatan TBM Citra Raya,
selain kerena lokasinya yang dekat, daerah ini juga menjadi salah satu citraan
jelas tentang pembangunan besar yang berdampak bagi masyarakat sekitarnya.
Anak-anak dari Nalagati menjadi pengunjung yang beberapa kali datang ke TBM
Citra Raya. Insitusi sekolah di Nalagati juga sudah digandeng sebagai partner
dalam kegiatan TBM, seperti Madrasah Islamiah (MI) Al-Islamiyah dan SDN
Nalagati. Kegiatan gelaran buku dan menonton film bersama MI Nalagati (http://forumtbm.or.id/nonton-film-anak-bareng-tbm-citra-raya) serta
acara workshop re-cycle di SDN
Nalagati (http://forumtbm.or.id/tbm-citra-raya-selenggarakan-workshop-re-cycle) sukses sebab adanya kontribusi dari anak-anak Nalagati.
Literasi tidak mengenal kata bosan.
Meski sudah berkali-kali melibatkan daerah Nalagati, ah ya, lagi pula Nalagati
juga daerah yang luas, jadi rasanya tidak masalah jika kali ini kami datang
lagi. Bahkan kami berharap anak-anak semakin mengenal buku lebih dalam hingga
ketagihan dan terus mencari sumber bacaan mereka atas kedatangan kami.
Pak Andri, Ketua RW Nalagati menjadi
jembatan penting dalam acara gelaran buku TBM Citra Raya pada 7 Januari 2018
lalu. Beliau menyambut baik niatan kami untuk mengajak anak-anak Nalagati
membaca di Hari Minggu pagi. Setiap niat baik selalu dipertemukan dengan
orang-orang baik pula, ini asas penting yang harus terus diyakini. Tak
tanggung-tanggung respon yang diberi Pak RW, ia bahkan mempersilahkan kami
untuk menggunakan balai warga.
Balai warga di Nalagati difungsikan
sebagai pusat aktivitas warga sekiranya membutuhkan ruang yang luas untuk berkegiatan
atau berkumpul. Balai warga milik warga Nalagati ini memang sangat luas, tetap
sangat jarang digunakan. Ini menjadi sejarah pertama dalam gelaran di dalam
ruangan bagi TBM Citra Raya. Mempersilahkan kami menggunakan balai warga ini
sungguh menjadi bagian dari respon terbaik yang kami terima untuk gelaran rutin
yang kami biasakan adakan dari jajaran pengurus RW atau RT setempat.
Sejak kedatangan kami di balai warga,
kami sudah disambut Pak Andri untuk membukakan ruangannya. Karena memang jarang
digunakan, kami langsung menjumpai debu dan beberapa kotoran di dalam balai
warga ini, untungnya ada Kak Okta dan Kak Selvi yang datang lebih awal dan bisa
membantu membersihkan. Mereka adalah dua orang mahasiswa asal STIE Insan Pembangunan
Bitung yang sedang aktif di TBM Citra Raya dalam program Magang. Terimakasih banyak
Kak!
Larut dalam asiknya membersihkan
ruangan, kami baru sadar kalau Pak RW Nalagati juga ikut membersihkan halaman.
Jadilah sebelum gelaran buku, kami pemanasan dengan membersihkan balai warga,
sudah bahagia karena gelaran buku ditambah sehat dengan banyak bergerak, hihi.
Dalam beberapa gelaran buku dalam
#CeritaDiKampung, kami selalu menemukan antusias anak-anak yang datang untuk
membaca. Satu persatu anak yang datang akan membawa lebih banyak teman.
Sayangnya, kami menemukan fenomena unik di Nalagati dalam gelaran ini, setiap
anak yang diam-diam menuju balai warga akan berbalik dengan langkah cepat. Awalnya
kami pikir itu sebuah jurus untuk mencari lebih banyak teman untuk dibawa masuk
ke balai warga, sebagaimana anak-anak dari kampung sebelumnya lakukan, membawa
pasukan, ups tapi kami terlalu berekspektasi tinggi.
Anak-anak Nalagati sangat malu dan yang
mereka lakukan itu rupanya jurus langkah seribu atau kabur menghindar. Ini
bukan karena pada gelaran kali ini relawan TBM Citra Raya terlihat galak atau
tidak bersahabat, tidak kami seperti kami yang biasanya gelar buku di hari
minggu. Mereka memang tipe anak-anak pemalu, kami juga sangat heran untuk hal
ini, atau bisa jadi karena lokasinya di dalam ruangan yang membuat mereka enggan
datang. Maka, kami harus mendekati anak-anak yang kabur itu dan menjelaskan apa
tujuan kami di balai warga, hingga kami merayu-rayu mereka untuk masuk ruangan.
Setelah beberapa anak masuk dan mulai
nyaman dengan buku-buku pilihannya untuk dibaca, tugas relawan masih harus
waspada di luar ruangan. Kami berjaga-jaga jika ada anak yang kabur saat akan
melihat balai warga, dan tentu saja merayu satu-dua anak yang malu masuk ke
ruangan. Sebenarnya jika sudah asik membaca mereka akan fokus dan tidak lagi malu-malu.
Tapi begitulah anak-anak, dunia yang mereka miliki sangat unik.
Salah satu rombongan anak-anak setelah
membaca beberapa buku bergegas keluar balai warga, mereka pergi beberapa menit
untuk kembali lagi ke dalam ruangan balai warga. Mereka melakukannya berulang
kali, setelah ditanya salah satu relawan ternyata mereka mendatangi temannya
untuk diajak membaca buku. Meski tidak berhasil, gelaran buku tetap ramai
dengan anak-anak lainnya terus berdatangan.
Kami juga mengenal satu anak yang belum
bisa membaca buku, tapi tetap asik mebolak-balikan buku hingga meminta kakak
relawan untuk membacakan untuknya. Namanya Irul, dan dia menjadi juara bertahan
di balai warga sampai kami membereskan buku-buku untuk menyudahi gelaran di
Nalagati. Terimakasih banyak ya, Irul. Saat itu juga datang mahasiswa Magang
juga, namanya Kak Alawy, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang jurusan
Hukum, terima kasih juga Kak Alawy sudah bantu-bantu.
Gelaran di Nalagati ini menyisakan
sebuah harapan kecil yang dipikirkan oleh para relawan. Ternyata di sudut balai
warga ada beberapa kardus berisi buku donasi mahasiswa yang sempat KKN di
Nalagati, sangat sayang kan buku-buku itu hanya ditumpuk di sebuah sudut
ruangan. Kami berpikir untuk membuat buku-buku itu bisa bermanfaat bagi warga
Nalagati. Kami belum sempat membicara tumpukan buku itu saat selesai gelaran ke
Pak RW karena beliau sudah tidak di rumah saat kami pamit pulang. Tapi lain
waktu, akan kami pikirkan solusi dan sampaikan ini ke Pak Andri, RW Nalagati.
Salam Literasi dari Nalagati! (oleh @magentha_azzahra)
Comments
Post a Comment