Minggu 4 Februari 2018, kira-kira jam 06.00 saat dimana aku
disibukkan dengan tugas rutin sebagai ibu, terdengar bunyi ringtone
whatsApp .
Ketika kubaca ,undangan dari seorang relawan pegiat literasi yg sudah
aku anggap seperti anak sendiri dialah yg kita kenal dengan panggilan
Kak Kris.
Seperti dikejar petugas trantib aku bergegas mandi dan mengajak
kedua anakku ikut, lalu berangkatlah kami berbekal googlemap yang di
kirim lewat whatsapps dan mencari lokasinya. Kami bertanya kesana
kemari, dan kebanyakan menjawab tidak tau lokasi tersebut.
Aku mencoba menelepon kak Kris ,tetapi tidak diangkat ,Kami masih
bertahan beberapa saat sebelum membuat keputusan pulang.
Syukurlah akhirnya penantian kami tidaklah sia-sia, Hand phone
berdering, dewa penyelamatku datang kak Kris dengan senyum manisnya
menjemput kami dan akhirnya sampailah kami dilokasi.
Hal yang membuatku senang dengan kegiatan ini,adalah masih bisa
bercanda dengan anak-anak muda yang mempunyai empati dan prihatin
melihat generasi penerus bangsa yang nyaris tidak melirik buku,tetapi
asyik berselancar didunia maya yang menjanjikan keindahan belaka, jika
tidak bijak dalam menggunakannya.
Kegiatan membaca yang diselingi menyanyi dengan gerakan tepuk
tangan, membuat mereka semakin akrab dan antusias memilih-milih buku
bacaan.
Adapun buku-buku itu yang akan mereka tunjukan sebagai komitmen
mereka untuk menuntaskan 1 buku bacaan dalam seminggu dan masing-
masing anak akan dibagikan sebuah gelang, kami menyebutnya gelang
komitmen.
Ketika aku mulai menyapa mereka dan melihat buku-buku yg menunggu untuk disapa, rasanya dunia ada dalam genggaman, binar mata mereka, mimpi yg selama ini hanya di awang-awang pagi itu mulai terlihat nyata. Lentik jemari mereka yang berjalan menyusuri kata demi kata, senyum malu-malu yg masih menghiasi bibir mereka dan kecanggungan mereka dengan kedatangan teman teman baru, seketika sirna ketika kakak- kakak mulai ikut mendampingi mereka dan menemani mereka dalam membaca.
Dari semua anak yang berkumpul disitu ada seorang anak yang belum bisa membaca,tetapi antusias untuk dibacakan cerita , dari buku yang berbahasa indonesia maupun yang berbahasa Inggris. Andai semua
Ketika aku mulai menyapa mereka dan melihat buku-buku yg menunggu untuk disapa, rasanya dunia ada dalam genggaman, binar mata mereka, mimpi yg selama ini hanya di awang-awang pagi itu mulai terlihat nyata. Lentik jemari mereka yang berjalan menyusuri kata demi kata, senyum malu-malu yg masih menghiasi bibir mereka dan kecanggungan mereka dengan kedatangan teman teman baru, seketika sirna ketika kakak- kakak mulai ikut mendampingi mereka dan menemani mereka dalam membaca.
Dari semua anak yang berkumpul disitu ada seorang anak yang belum bisa membaca,tetapi antusias untuk dibacakan cerita , dari buku yang berbahasa indonesia maupun yang berbahasa Inggris. Andai semua
anak-anak yang berpotensi itu diberikan wadah yg tepat dan sarana yg
memadai , pastilah generasi ini akan menjadi pewaris negara yang penuh
tanggungjawab dan kearifan.
Dan waktu berjalan begitu cepat .Tak terasa, tiba waktunya untuk
berpamitan, Kegiatan ini menyisakan kenangan yg sangat mendalam.
Senyum malu-malu dan binar mata kalian menjanjikanku untuk bertemu
kembali untuk saling berbagi mimpi dan bersama-sama meraihnya .
Pertemuan pagi ini membawa haru dan sukacita, menyisakan asa yg
masih harus diperjuangkan, semakin menguatkanku untuk terus berbagi
dan berguna bagi sesama lebih-lebih diusiaku yang tak lagi muda.
Terimakasihku yang tak terhingga untuk anak-anakku yg selalu memberi
dukungan pada ibu, relawan yg hebat ,kak Novi yg selalu memanggil ibu
dengan suara lembutnya , dan kak Kris yang selalu mempunyai semangat
luarbiasa dalam berbagi kebaikan, perjuangan baru dimulai dan kita akan
sama-sama meraih buah perjuangan kita.
Pabuaran 4 February ‘18
Dwi Rohyatiningsih
Comments
Post a Comment