Belajar Membaca dari Dunia Anak-Anak



”Setiap anak selalu percaya tak ada cerita yang tak nyata. Hingga mereka tumbuh dewasa dan tak lagi punya waktu untuk mendengar dan membaca cerita. Lalu untuk menutupi rasa kehilangan, anak-anak yang telah menjadi dewasa itu akan berpura-pura membenci cerita.” (Okky Madasari)
Dunia anak-anak adalah dunia yang menyenangkan, dunia penuh perasaan, dunia yang sederhana. Hanya saja, terkadang kita sebagai orang dewasa membuat rumit kesederhanaan tersebut. Terkadang setiap orang tua terlalu membuat rumit ocehan anak-anaknya yang padahal si anak cukup bahagia walau hanya dengan kata, “Nak, mau dengar cerita Ayah tidak?” atau “Nak, bolehkan bunda bercerita untukmu?.”  Keesokan harinya, pasti anak tersebut akan merasa menjadi anak terbahagia di seluruh dunia. Tak percaya? Silakan saja dicoba!
Hari itu, riuh suara mereka menggaung dalam ruangan serba putih dengan jejeran rak buku yang turut bisu menyuarakan kebahagiaan. Sorot mata mereka meramu jalinan keakraban dengan ribuan kata dan gambar yang tersipu malu diujung lemari buku. Hangat. Sendu. Apakah dahulu aku pernah sesyahdu itu? Duduk rapi dalam ruangan penuh buku, mendengarkan sebuah dongeng tentang ibu. Bu, bolehkah aku kembali ke masa itu?
Hari itu, pagi-pagi sekali, suara tawa mereka memecah kesunyian gedung itu. Mereka berlarian sambil menunjuk-nunjuk buku. Si buku hanya tersipu malu—Wah, akhirnya aku punya teman baru--.
Jumat, 26 Januari 2018 menjelma detik-detik yang membahagiakan bagi kami—para relawan TBM Citra Raya. Hari itu, kami kedatangan teman-teman kecil dari TKIT Laa Tahzan Citra Raya. Derau hujan menangis membuka cakrawala pagi, tapi semangat sudah terpatri. Tak ada alasan lagi untuk mereka berhenti. Mereka datang dengan kegembiraan. Mungkin si hujan merasa bahagia—sama seperti kebahagiaan para relawan pagi itu. Mereka tertawa, berlarian, bergumam, bernyanyi, mereka adalah putra-putri tunas bangsa. Saat ditanya, “Kalian senang tidak hari ini?” Serentak mereka menjawab “senaaaaaang”, padahal acara baru akan dimulai. Saat ditanya, “kalian tahu tidak TBM itu apa?” Mereka terdiam, beberapa anak menjawab “taman baca”. Ah bahagianya melihat mereka tertawa.
Sekilas mereka mendengarkan penjelasanku mengenai TBM. Secara sederhana aku jelaskan bahwa TBM adalah taman bacaan masyarakat, tempat membaca dan belajar. Tempat bercerita dan tempat mendengarkan cerita. Dan yang terpenting, kakak relawan TBM akan sangat bahagia jika kalian sering datang ke mari adik-adik.

Jarum jam terus berdenting mengiringi riak tawa teman-teman kecilku. Mereka tak sabar ingin mendengarkan dongeng yang akan disampaikan oleh kak Juan—salah satu orang yang bahagia juga mendengarkan suara tawa anak-anak. Benar kan, Kak?—hihi—Kak Juan membuka dongengnya dengan mengajak anak-anak bernyanyi dan bergerak. Kalau kalian di sana saat itu, pasti tak tahan kalian juga akan ikut bernyanyi dan bertepuk tangan bersama mereka—asal jangan bertepuk sebelah tangan aja yaa---. Kak Juan tidak datang sendiri, ia hadir bersama temannya yang bernama Rangga. Kak Juan dan Rangga telah berhasil membuat pecah suara tawa teman-teman kecil kita lhoh. Penasaran ya bagaimana kak Juan mendongeng? Makanya lain kali ikut dong di acara TBM Citra Raya. Ikutlah ikut, jangan diem-diem bae.


Dongeng yang dibawakan kak Juan sangat bermuatan nilai positif bagi anak-anak. Kak Juan menyelipkan nasihat-nasihat baik untuk anak-anak. Tentang cara bersikap terhadap orang tua. Tentang bagaimana cara berteman dengan baik. Semua disampaikan dengan menarik. Membaca, tak melulu tentang buku. Membaca, tak hanya tentang aksara. Jika kata orang membaca adalah membuka jendela dunia. Bagiku, membaca adalah mengurai kerumitan dalam pikiran yang acapkali tidak terselesaikan dengan logika kalimat yang baik. Membaca adalah belajar mengeja diri sendiri.
Kenangku tak lupa, mencatat semua ingatan itu.
Salam hangat!

Yasimini
Tangerang, 5 Februari 2018

Comments