Hari Puisi Sedunia: Sebuah Puisi dari Dean Alfange

Setelah lama tidak menulis, akhirnya kami menulis kembali! Tulisan ini bermula dari hati seorang relawan yang sedang luluh lantak karena peristiwa yang dialaminya hari ini. Sok, biarkan relawan ini bercerita sendiri ya..!

***

Peristiwa yang kualami hari ini nggak banget deh..  Di saat aku sedang melepas lelah hasil mencari nafkah seharian ini, aku ditelepon oleh seseorang dan.. harus kuakui ini telah merusak Feierabend-ku malam ini..

Untungnya (berusaha meniru "sabda" khas orang Jawa), aku ini masih mempunyai
1. Seorang Ibu yang mengirimkan secarik kertas legendaris zaman SMP
2. Seorang Mantan Pacar yang memulai chattingan karena ada informasi ibu dari salah seorang guru favorit di SMP tersebut telah dipanggil Tuhan.

Entah apa yang terjadi, kedua peristiwa "hiburan" ini telah membawa memori relawan akan puisi ini, puisi yang tertulis di Buku Harian Domsav, yang belakangan diketahui adalah sebuah American Creed atau My Creed dari seorang pejuang bernama Dean Alfange:

Aku tidak memilih menjadi insan biasa
Memang hakku untuk menjadi luar biasa
Aku mencari kesempatan, bukan perlindungan.
Aku tidak ingin menjadi warga yang terkungkung,
rendah diri dan terpedaya karena dilindungi pihak berkuasa
Aku siap menghadapi resiko terencana,
berangan-angan dan membina untuk gagal dan sukses
Aku menolak menukar insentif dengan derma
Aku memilih tantangan hidup daripada derma
Aku memilih tantangan hidup daripada kehidupan yang terjamin,
Kenikmatan mencapai sesuatu, bukan utopia yang basi.
Aku tidak akan menjual kebebasanku,
Tidak juga kemuliaanku untuk mendapatkan derma
Aku tidak akan merendahkan diri
Pada sembarang atasan dan ancaman.
Sudah menjadi warisanku untuk berdiri tegak, megah dan berani
Untuk berpikir dan bertindak untuk diri sendiri
Untuk meraih segala keuntungan hasil kerja sendiri
Dan untuk menghadapi dunia dengan berani dan berkata:
Ini telah kulakukan!
segalanya ini memberikan makna seorang insan.

Sampai detik ini aku tidak tahu persisnya kenapa puisi ini bisa diadaptasi dalam buku harian sebuah SMP yang terletak di Tugu Muda itu. Aku sempat mengira bahwa puisi ini adalah buah karya seorang siswa - atau mantan siswa - dari SMP tempatku belajar bermain band untuk pertama kalinya.

Puisi ini bagus sekali, membangkitkan niatku untuk menulis dan mengirimkan naskah ini kepada Kak Mimin TBM. Kupersembahkan puisi ini untuk memperingati hari puisi sedunia! Semoga juga dapat menginspirasi kalian semua.

Kembali ke pertanyaan tadi. Barangkali, ada pembaca yang mengetahui asal muasal kenapa puisi ini bisa ada di Buku Harian Domsav? Apakah puisi ini ada di sana, karena ia ingin ditemukan kembali oleh aku pada hari ini? Aaah.. siapa sih aku, hanya seorang relawan literasi.. tapi yang tidak memilih untuk menjadi insan biasa

 
Tangerang, 22 Maret 2018


Seorang relawan literasi yang (dulu katanya) memilih tantangan hidup daripada kehidupan yang terjamin

Comments