EcoCulture Citra Raya



(Dok. Relawan foto bersama setelah EcoBike)
Apa yang terlintas dipikiran kawan-kawan ketika mendengar EcoCulture? 
Ya, seperti pemikiran Sobat, berawal dari kata “Culture” yaitu budaya. Sobat juga penasaran seperti apa EcoCulture yang dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2018 di sekitar EcoPlaza Citra Raya Kabupaten Tangerang, Banten.

Beranjak dari rasa penasaran, sobat bergabung dengan TBM Citra Raya untuk menjaga stand yang telah disediakan oleh panitia pelaksana, yakni dari pihak EcoCelebration.


(Dok. Karya daur ulang yang ada di stand)

TBM menjaga stand yang akan diisi dengan pameran dan workshop pembuatan karya-karya yang berasal dari bahan daur ulang. Seperti gaun, tas, dompet, topi, tempat makan, lampu gantung, lampion, piring, bros, celengan, tempat tisu, dan robot. 

Karya-karya yang tertata rapih di stand merupakan buatan dari Ibu-Ibu yang berdomisili di tiga Cluster Citra Raya yakni Graha Pesona, Graha Raflesia, dan Graha Segovia. Lalu workshop pembuatan robot dengan bahan daur ulang dipandu oleh Bang Ipin dari TBM Umah Ilmu.

Tidak memakan waktu yang lama ketika merakit robot, sebab sudah terdapat penjelasan di stand workshop pembuatan karya berbahan daur ulang yakni; 
“Belajar 30 menit merakit robot dan membayar Rp 50.000,- maka robot bisa dibawa pulang”

Sungguh, mudah dan murah bukan?

   (Dok. Bang Ipin membimbing Adik-adik merakit robot daur ulang)

Bang Ipin  membimbing dengan sabar agar Adik-adik bisa merakit robot sesuai dengan keinginan masing-masing dan relawan TBM Citra Raya senantiasa mengajak dengan kerahaman kepada para pengunjung EcoCulture untuk melihat-lihat pameran daur ulang yang ada di stand.

Selain itu, pada pagi hari peserta EcoBike dalam rangka EcoCulture Festival juga dihibur dengan penampilan dari Adik-adik yang menggunakan gaun daur ulang. 
Gaun-gaun tersebut merupakan bagian dari pameran yang ada di stand kami. 

(Dok. Kak Kris sebagai Founder TBM Citra Raya sedang bersama Adik-adik dalam rangka Fashion show di panggung saat EcoBike)

Sesuai kesepakatan bersama bahwa gaun tidak bisa dibeli, namun disewakan. Ini merupakan bentuk apresiasi terhadap pengurangan sampah yang merajalela disekitar kita.
Kak Kris dalam foto tersebut sedang mengangkat tangannya dengan memegang sebuah botol yang terisi penuh oleh sampah.

"Jadi disini saya sudah mengumpulkan sampah-sampah yang saya lihat ketika berada di sekitar panggung EcoBike, hanya dalam satu jam saja sampah tersebut sudah berada di dalam botol bekas. Ini merupakan bentuk pengurangan sampah yang sebenarnya dapat digunakan dan bernilai ketika dapat memanfaatkan dengan baik", ucap Kak Kris.

Setidaknya itulah yang dikatakan Kak Kris, ia mengajak kita semua yang berkesempatan berada di acara EcoCulture pada saat berlangsungnya EcoBike untuk memanfaatkan sampah menjadi sebuah karya daur ulang yang bernilai jual.

Founder TBM Citra Raya yang berasal dari Salatiga ini juga menjelaskan bahwa Ibu-Ibu yang berada di tiga Cluster yakni Graha Pesona, Graha Raflesia, dan Graha Segovia kini berebut sampah. Mengapa demikian? Karena persepsi masyarakat mengenai sampah telah berubah.
Sampah-sampah tersebut menjadi sebuah karya.

Sikap tersebut patut dicontoh, karena jika bukan kita yang peduli akan lingkungan dengan cara mendaur ulang sampah menjadi sebuah karya lalu siapa lagi, kapan, dan apa yang kita tunggu untuk menyelamatkan bumi ini?

Sebuah renungan dari seorang pembelajar.


Tangerang, 21 Oktober 2018
disadur dari https://selvyarian.blogspot.com/2018/10/ecoculture-citra-raya.html 
Selvy Arianti merupakan relawan TBM Citra Raya Panongan yang berasal dari Rajeg Kab. Tangerang dan sedang berkuliah di UIN SMH di Kota Serang. 

Comments

Post a Comment