Bikin Barang Kerajinan Bareng Ibu-ibu Graha Raflesia Perum Citra Raya Tangerang - Bagian 1

Minggu, 23 September 2018 lalu, TBM Citra Raya memandu dan mendampingi ibu-ibu di Graha Raflesia Perum Citra Raya Tangerang untuk membuat barang-barang kerajinan daur ulang dari sampah plastik. Acara yang bertempat di lapangan fasum RT 07 Graha Raflesia ini dihadiri oleh lebih dari 50 orang ibu-ibu yang begitu antusias untuk mengolah sampah menjadi berkah. Tampak dalam foto ini keseriusan ibu-ibu dalam belajar yang bertemu dengan komitmen Bu Dwi dari TBM untuk senantiasa menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama, sekalipun di tengah kesibukannya dalam berumahtangga memiliki anak tiga.

Kak Kris mengawali acara dengan menayangkan beberapa video inspirasi pengolahan sampah plastik. Ia mencoba membagikan pengalamannya melihat lomba fashion show kostum sampah yang membawa decak kagum baginya dalam acara peringatan Hari Lingkungan Sedunia yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Salatiga, hari Rabu 19 September 2018 lalu. Selain kostum sampah, ia juga menayangkan sebuah video dari Temanggung, di mana warga secara aktif dan sadar mendekorasi kampungnya dengan kerajinan-kerajinan dari bahan sampah, seperti laiknya lampion merah dari botol plastik yang terpajang di atas meja dalam foto di atas.

Siapa yang belum kenal dengan Bang Ipin? Lelaki yang satu ini terkenal dengan pembawaannya yang sederhana hingga tanpa sadar telah mencuri hati ibu-ibu di Workshop pemilahan sampah #Ecoday tanggal 26 Agustus lalu. Ia memberikan presentasi mengenai mainan tank dan robot Transformers yang dibikinnya dari sampah-sampah plastik yang kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Jarak > 20 km pun ia jabani untuk bisa bertemu dengan kita semua, ia datang dari Yayasan Oemah Daon di Kecamatan Rajeg.

Berikut ini adalah foto keluarga kelompok "Kerajinan Peci dari Bibir Gelas Air Minum Kemasan" yang dipandu oleh Kang Tomas "Master Limbah" dan Kang Ahmad dari TBM Umah Ilmu Pasilian Kronjo. Lho lho, sebentar. Kecamatan Kronjo? Itu kan > 30 km dari sini. Soal dunia kerelawanan, komitmen Kang Ahmad dan tim memang tidak perlu diragukan lagi. Filosofinya luar biasa: bikin peci dari olahan sampah itu pahalanya ternyata bisa dobel. Pahala karena telah menyelamatkan lingkungan hidup, dan pahala lagi ketika pecinya dipakai untuk rajin ibadah. FYI, TBM Umah Ilmu Pasilian ini amat berkomitmen terhadap anak yatim melalui program unggulannya SAY4SAY (Safari Anak Yatim untuk Senyum Anak Yatim).

.. tak lupa kami membuat foto keluarga dengan Pak Feroz (ketiga dari kanan, baju hitam) sebagai Pak RW yang telah berinisiatif meminta pendampingan dari TBM Citra Raya, menyiapkan tempat, dan mengkoordinasikan sedemikian rupa untuk dapat secara penuh membantu warganya yang tengah GeLiSah (Gemas Lihat Sampah). Salam 3R: Reduce, Reuse, Recycle!
#jamboreibbs2018 #indonesiabersihdanbebassampah #kami13juta

Kami juga menyampaikan apresiasi kepada Pak Dedy dan tim dari Estate Manajemen Perum Citra Raya yang telah menyempatkan diri untuk mampir mengunjungi dan meliput kegiatan bikin barang kerajinan ini. Pak Dedy, sayang kita tidak sempat mengabadikan momen kebahagiaan #Ecoculture ini dengan berfoto bersama.

Kami.. masih ingat dengan petuah dan nasihat dari Kang Jazuli ketika datang bersama Kang Firman ke TBM Citra Raya di acara Selamat Malam Pegiat Literasi: "Kejahatan saja bisa terorganisir, lantas mengapa kebaikan tidak bisa?". Semoga sebuah gerakan lingkungan hidup dari kami ini dapat menginspirasi, secara khusus bagi ibu-ibu warga Graha Raflesia yang belum bisa berpartisipasi, serta warga Graha Pesona dan Graha Segovia di Perumahan Citra Raya Tangerang.

Sebagai closing credits, berikut ini kami hadirkan cerbung, karena kami TBM tetaplah komunitas pendidikan/ literasi, bukan komunitas lingkungan hidup..

***

Hari itu hari Kamis. Pagi hari, sesaat setelah Kak Kris memarkirkan motor bebek kesayangannya di belakang toko ibunya di pasar, nada panggil pun terdengar dari dalam saku celananya.

"Halo, Pak Kris TBM Citra Raya? Saya Pak Feroz, Pak RW Graha Raflesia. Kelanjutan dari workshop pemilahan sampah kemarin, sekarang ibu-ibu sudah mengumpulkan 2 jenis sampah anorganik, yaitu sampah gelas air minum kemasan dan sampah kardus rokok. Ibu-ibu ini sekarang sedang bingung dan membutuhkan pendampingan, sampah-sampah ini bisa dibuat kerajinan apa. Apa Pak Kris dan tim bisa datang memberikan pendampingan di hari Minggu?", tanya Pak Feroz.

Kak Kris yang tengah mengambil masa cuti di TBM pun sontak diam sejenak. Ia tampak menimbang-nimbang terhadap jawaban yang akan diberikannya kepada Pak Feroz. Di satu sisi jelas, ia sedang cuti dan tidak sedang berada di Tangerang. Sebuah jawaban "iya" terasa begitu sulit untuk diberikan. Di sisi lain, Kak Kris ingin bertanggung jawab terhadap komitmennya untuk mendampingi ibu-ibu dalam rangka menyukseskan puncak acara Ecoculture: Ecocelebration yang akan diadakan pada tanggal 21 Oktober nanti. "Tak terasa, hari ini sudah tanggal 20 September. Satu bulan lagi. Maybe, this is a calling from home", batin Kak Kris dalam hati. Masih teringat jelas di benak Kak Kris tulisan di sebuah kaos yang dibawanya ketika menjalani ritual wisuda di perusahaan:

"Lelaki harus pergi,
tapi juga harus pulang

karena ada yang mengasihi
dan dikasihi"

Gol A Gong
- Founder Rumah Dunia -

"Baik, Pak Feroz. Kami akan usahakan untuk bisa mendampingi. Saya akan bicarakan dulu dengan tim, mengenai waktunya, apakah sebaiknya pagi hari atau sore hari?", tanya Kak Kris setelah angka di timbangan tadi sedikit bergeser ke jawaban "iya". 

"Waktunya fleksibel Pak, kami menyesuaikan dengan waktu yang dipunyai oleh Pak Kris dan tim saja", jawab Pak Feroz spontan. Sebuah jawaban spontan ini rupa-rupanya telah membuat keputusan Kak Kris semakin bulat untuk berangkat. Kak Kris rupa-rupanya terus memantau perkembangan ibu-ibu pasca workshop pemilahan sampah. Pernah suatu kali update dari Bu Teguh di RT 04 ia abadikan dalam tulisan di artikel berikut: http://tbm-citraraya.blogspot.com/2018/09/kelanjutan-workshop-pemilahan-sampah.html.
Sayangnya, ia ternyata tak merasa mantap dengan hanya melihat foto tersebut. Ia merasa perlu melakukan "gemba", kegiatan "go and see" untuk melihat langsung apa yang terjadi di lapangan dan membaca kondisi yang ada saat ini dengan sebaik-baiknya. "Warisan budaya" yang ia terima dari perusahaan tempat ia dulu bekerja inilah yang membuatnya makin mantap untuk segera membuat jempol tangan kiri dan kanannya menari di atas layar telepon genggamnya, memulai pencarian tiket murah untuk pulang, menemui peran dan tanggung jawab yang dikasihinya di kota 1001 industri ini.

Adapun bagi para pembaca baru, workshop pemilahan sampah yang dimaksud dapat dibaca di artikel berikut:
Workshop ini terselenggara setelah manajemen perumahan merangkul TBM Citra Raya yang dirasa cukup mumpuni dalam membangun Ecoculture di lingkungan perumahan Citra Raya, khususnya dalam kegiatan berikut ini: http://forumtbm.or.id/2017/11/29/tbm-citra-raya-selenggarakan-workshop-re-cycle/

Singkat cerita (karena tenggat waktu yang diberikan untuk menulis artikel ini sudah hampir habis), lahirlah sebuah acara yang diberi nama "Bikin Barang Kerajinan Bareng Ibu-ibu Graha Raflesia" ini.
.. bersambung

Tangerang, 24 September 2018


der gruene Baum

Comments

Post a Comment